sumber: goodreads |
JUDUL : PULANG
PENULIS : TERE LIYE
KATEGORI : FIKSI
PENERBIT : REPUBLIKA
CETAKAN : XVII, APRIL 2016
“Sejauh apapun kehidupan menyesatkan, segelap apapun hitamnya jalan yang telah ditempuh, Tuhan selalu memanggil manusia untuk PULANG pada kemurnian-Nya.”
Novel ini mempunyai
genre yang sangat berbeda dari novel-novel Tere Liye yang lain yang sudah
pernah saya baca. Menceritakan dunia hitam dengan segala sepak terjangnya, Tere
Liye out of the box dari cerita cinta biasanya. Di “PULANG” anda tidak dapat
menemukan jalinan cinta dua manusia yang biasanya digunakan penulis-penulis
roman untuk mempermanis dan menarik minat pembaca. Satu-satunya kisah cinta di
novel ini adalah cinta Bapak kepada Mamak yang penuh tragedy.
Demi
menyampaikan hikmah kehidupan, Tere Liye menggunakan latar belakang mafia sejak
awal hingga akhir cerita. Tokoh Utama, Agam alias Bujang alias si Babi Hutan
diceritakan sebagai anak asuh Tauke Besar, pimpinan tertinggi Keluarga Tong,
salah satu kelompok mafia yang merajai Ibu Kota. Dengan kecerdasan otak dan
ketulusan “mengabdi”, Bujang menjadi anak emas Tauke Besar, hingga pendidikan
tinggi di negeri seberang dapat ia raih. Berbekal pendidikan tinggi, Bujang
mengubah halauan bisnis kotor Tauke Besar. Dengan prinsip Shadow Economy,
Bujang “melegalkan” bisnis illegal Tauke.
Tak hanya
tempaan bangku pendidikan, tempaan fisik pun Bujang lakoni lewat beragam seni
bela diri dari ala tukang pukul oleh Kopong, ilmu samurai oleh Guru Bushi,
hingga seni menembak oleh Salonga. Tauke Besar ternyata mempunyai rencana besar
menjadikannya putra mahkota. Hingga peristiwa besar pun terjadi. Keluarga Tong
menghadapi serangan pengkhianatan dan serbuan balas dendam dari luar.
Siapakah sang
PENGKHIANAT? Tere Liye mengemas dengan apik identitas yang tega menikam
keluarga Tong dari dalam. Peperangan
melawan sang PENGKHIANAT membawa Bujang pada pertarungan yang lebih besar dan
hebat yang menemukannya pada jalan PULANG. Perjalanan yang membawanya menyibak
misteri Bapak dan Mamak dan siapa leluhurnya sesungguhnya.
Persamaan novel
ini dengan novel-novel Tere Liye yang lain adalah tentang pemahaman akan
nilai-nilai kehidupan, tentang kesetiaan, penyikapan terhadap masa lalu dan
masa depan, hingga hakekat kehidupan itu sendiri.